PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sastra dan bahasa Indonesia mempunyai peranan yang penting
didalam dunia pendidikan. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam kehidupan
sehari-hari kita menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Oleh
karena itu, kita harus mempelajari ilmu pendidikan tentang bahasa dan sastra
Indonesia. Agar kita dapat belajar dan mengetahui bagaimana cara kita
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Terutama
bagi calon pendidik, pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dirasakan memang
sangat penting. Karena ketika seorang pendidik memberikan pengajaran kepada
anak-anak didiknya, ia harus bisa menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar. Apabila seorang pendidik mengunakan bahasa yang kurang baik, maka akan
dicontoh oleh anak-anak didiknya.
Dewasa
ini, dari sekian banyak orang, yang bisa menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar amat sedikit. Bahkan yang lebih parahnya masi ada diantara mereka
yang sama sekali tidak bisa membaca (buta hurup). Oleh karena itu anak-anak
harus belajar membaca dari kecil karena membaca angat penting. Dengan
membacalah kita dapat berbagai macam pengetahuan. Disinilah peran seorang
guru/pendidik yang harus memberantas buta hurup.
B. Tujuan
Pendidikan
di Sekolah Dasar mertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “membaca, menulis
dan menghitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanpaat bagi siswa
sesuai tingkat perkembangannya. Kemudian, tujuan pembelajaran sastra adalah
MEMBACA DAN SASTRA
ANAK
A. Proses Membaca
Secara
keseluruhan mata prlajaran Bahasa Indonesia di SD berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan menggunakan pikiran juga perasaan, serta
membina persatuan dan kesatuan bangsa. Di SD, khususnya di kelas 1 dan 2
diutamakan pengembangan kemampuan berbahasa Indonesia sederhana melalui
membaca, menulis, mengarang dan imla (dikte) dengan menggunakan bahasa
Indonesia baku. Untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan dasar
menggunakan bahasa, dalam kegiatan kegiatan belajar di kelas 1 dan 2 diberikan
pengetahuan sederhana tentang lingkungan alam dan sosial.
Menurut Spodek
dan Saracho, membeca merupakan proses mendapatkan makna dari barang cetak. Ada
dua cara yang ditempuh dalam membaca untuk memperoleh makna dari barang cetak
yaitu :
3. Langsung, yakni menghubungkan ciri penanda
visual dari tulisan dengan maknanya.
4. Tidak langsung, yakni mengidentifikasi
bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan makna.
Cara pertama
digunakan oleh pembaca lanjut dan yang kedua digunakan oleh pembaca permulaan.
Combs memilah
kegiatan membaca menjadi tiga tahap yaitu:
4. Tahap persiapan
Anak mulai
menyadari tentang fungsi barang cetak, konsep tentang cara kerja barang cetak,
konsep tentang huruf dan konsep tentang kata.
5. Tahap perkembangan
Anak mulai
memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang cetak. Anak mulai belajar
memasangkan satu kata dengan yang lain.
6. Tahap Transisi
Anak mulai
mengubah kebiasaan membaca bersuara menjadi membaca dalam hati. Anak mulai
dapat melakukan kegiatan membaca dengan santai.
Ada tiga hal
pokok yang harus diperhatikan guru dalam pengajaran membaca yaitu:
1. Pengembangan
aspek sosial anak
2. Pengembangan
fisik
3. Pengembangan
kognitif
B. Kaitan Membaca
dan Sastra
Sartra
berpungsi menghibur dan sekaligus mendidik, sehingga paling sedikit yang
diperoleh dari sastra yaitu memahami kebutuhan akan kepuasan pribadi dan
pengembangan kemampuan bahasa. Kepuasan pribadi anak-anak setelah membaca karya
sastra sangat penting, artinya selain mereka diminta menguasai keterampilan
membaca selanjutnya karya sastra juga berfungsi mengembangkan wawasan.
Dalam
fungsi karya sastra dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dapat disebut
sebagai nilai pendidikan. Banyak hasil pendidikan yang menunjukan keefektipan
karya sastra dalam mengembangkan kemahiran berbahasan. Misalnya: Sorolski dkk,
menemukan bahwa buku bergambar yang baik dapat merangsang peningkatan pikiran
dan perasaan anak secara lisan.
d. Sastra anak-anak dan pengembangan
kebewaraan
Kebewaraan
adalah kemampuan membaca dan menulis dalam menunaikan tugas-tugas yang
berkaitan dengan dunia kerja dan kehidupan diluar sekolah (Tompkins, 1991:81).
Pengembangan membaca dan menulis telah diamanatkan di dalam kurikulum
Pendidikan Dasar khususnya pendiikan dasar yang diselenggarakan di SD.
Pelajaran
Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan membeca dan menulis (Kurikulum
Pendidikan Tahun 1994). Pengembangan keberwacanaan dapat dilaksanakan melalui
pemanpaatan ini anak-anak sebagai media pembelajaran membaca dan menulis.
Pemanpaatan ini didasarkan pada asumsi bahwa sastra dapat mengembangkan bahasa,
sastra dapat mengembangkan bahasa anak (Huck, 1987: Ellis, 1989)
Istilah
keberwacanaan merupakan terjemahan “Literacy” dari bahasa Inggris. Semula,
literacy diartikan sebagai pengetahuan tentang cara membaca (keberaksaraan)
tetapi kemudian karena tujuan yang diharapkan bukan sekedar mengenal aksara
atau tulisan. Para guru memperkrnalkan komputer pada anak SD dan mengembangkan
keberwacanaan komputer (computer literacy).
Bagaimanapun,
keberwacanaan adalah suatu alat atau sarana yang dipakai untuk belajar tentang
dunia dan untuk berperan penuh dalam masyarakat.
e. Awal kebewaraan
Keberwacanaan
adalah proses yang dimulai sebelum pendidikan dasar berlanjut kemasa dewasa.
Keberwacanaan dilakukan pada anak berumur 5 tahun atau pada saat memasuki taman
kanak-kanak. Sebagai “persiapan” untuk pembelajaran membaca dan menulis yang
akan dimulai secara formal pada tingkat pertama.
Imflikasi
dari hal ini adalah bahwa dalam perkembangan anak-anak ada saat-saat yang tepat
untuk mengajari mereka membaca. Persfektif tentang cara anak menjadi anak
itulah yang disebut awal keberwacanaan (emergency literacy).
Berdasarkan
keberwacanaan ditentukan oleh 4 komponen, atau 4 elemen umum yaitu:
5. Pesan tekstual (textual intent)
6. Daya tawar (negotiability)
7. Bahasa digunakan untuk meningkatkan bahasa
(language use to tinetune language)
8. Pengambilan risik (risk takinag)
f. Fungsi sastra anak-anak dalam pengebangan
keberwacanaan
Pada
bagian awal tulisan ini dikemikakan bahwa keberwacanaan mnengacu pada kemampuan
membaca dan menulis. Terkait dengan dua kemampuan inilah fungsi sastra
anak-anak dalam pengembangan keberwacanaan dijelaskan dengan memanfaatkan
informasi (Huck, 1987: 15-16) menyimak cerita dapat memperkenalkan anak pada
pola-pola bahasa dan mengembangkan kosakata serta maknanya, peran membaca juga
cukup signifikan dalam pengembangan menulis.
Smith
mengetakan pengembangan komposisi dalam menulis tidak dapat dikembangkan dalam
menulis saja tetapi menuntut aktifitas membaca dan kegemaran membaca. Hanya
dari bahasa tulis orang lain anak-anak dapat mengamati dan memahami konvesi
serta gagasan secara bersama-sama (Huck, 1987).
C. Sastra Sebagai Landasan Pengembangan Membaca
Program
pembelajaran sastra yang berlandaskan sastra menggunakan berbagai endekatan dan
strategi untuk membentu keterampilan berbahasa. Pembelajaran bersifat terpadu
yang sudah diterapkan dalam situasi kelas yang bagaimanapun. Jadwal membaca
tiap hari dapat digabarkan dengan cara, yaitu waktu dua jam dipandang sudah sesuai
karena keterampilan berkomunikasi dalam bidang membaca, menulis, menyimak dan
berbicara diajarkan secara terpadu.
Kegiatan
membaca sastra dapat dilakukan dengan cara:
a. Kegiatan teraran
Guru
memerlukan waktu khusus untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan tertentu
kepada kelompok anak atau seluruh anak di kelas. Dalam keseluruhan program
pembelajaran bahasa kegiatan terarah kadang-kadang berwujud pembelajaran
strategi membaca. Misalnya murid menanggapi ilustrasi cerita, membuat ilustrasi
hasil karya sastra sendiri, mendemonstrasikan peristiwa dan sebagainya.
b. Kegiatan bebas
Anak-anak perlu sekali diberikan kesempatan untuk memprakarsai
kegiatan-kegiatan mereka sendiri dan bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
Memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk membuat keputusan, mengatasi
masalah, dan bertanggung jawab atas kegiatan belajar, mereka sendiri dapat
mempersiapkan anak-anak menghadapi tuntutan dunia kerja dalam kehidupan yang
sebenarnya.
c. Kegiatan murid-guru
Diadakan diskusi antara murid dan guru
untuk menolng anak-anak yang memerlukan peningkatan dalam hal keterampilan
khusus atau pemahaman. Melalui diskusi-diskusi, murid dengan guru dapat
mengumpulkan informasi penting mengenai minat anak, sikap terhadap kegiatan
membaca dan perkembangan dalam keterampilan membaca dan keterampilan berpikir.
Diskusi murid
dan guru tersebut hendaknya mengandung hal-hal berikut:
6. Diskusi dapat difokuskan pada unsur-unsur
bacaan, konsep atau permasalahan yang ada dalam bacaan pengarang atau jenis
karya sastra.
7. Ajukan pertanyaan-pertanyaan yang menuju
pada hal-hal tertentu sehingga murid yang bersangkutan terlihat dalam kegiatan
berpikir tingkat tinggi (menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi).
8. Membaca nyaring bagian bacaannya dipilih
sendiri oleh murid yaitu bagian yang dia sukai.
9. Diskusi difokuskan pada proses pemilihan
kegiatan, rencana untuk mengatasi hambatan penyelesaian tugas.
10. Saran untuk kegiatan membaca selanjutnga
dan petunjuk mengenai pengembangan ketermpilan.
d. Karakteristik sastra sebagai bahan ajar
kemampuan berbahasa
Sebagai
bahasa ajar, sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan bahasa
ajar yang lain, yaitu bahasa, struktur teks, isi pesan, asfek kejiwaan yang
ditumbuhkembangkan dan strategi perangkapan isi teks yang diperlikan.
Bahasa
teks sastra berciri kontatif atau kiasan, dilihat dari aspek semantis yang
dikandungnya, bersifat informal bila dilihat dari segi bahasanya, banyak
mengandumg majas, dan menonjolkan ciri wacana narasi dan deskrifsi. Dilihat
dari isi, teks sastra mengandung pesan-pesan kemanusiaan, pesan-pesan ini
bersifat tidak langsung.
Dilihat
dari struktur teksnya, teks sastra mengandung karakter/tokoh, alur, peristiwa,
setting, dan sudut penceritaan. Aspek kejiwaan meliputi daya nalar, kepekaan
emosi, daya imajinasi, perluasan wawasan dan daya kreasi. Daya nalar ditumbuh
kembangkan melalui pemahaman dan penghayatan terhadap permasalahan kemanusiaan
dan lingkungan hidup. Emosi ditumbuh kembangkan melalui penghayatan karakter
tokoh dan peristiwa-peristiwa kehidupan. Daya imajinasi ditumbuh kembangkan
melalui kegiatan berpikir asosiatif yakni mengasasikan peristiwa yang
disuguhkan dalam teks sastra yang dibacanya dengan peristiwa sehari-hari. Daya
kreasi ditumbuh kembangkan melalui kegiatan berpikir divergen (yang diarahkan
untuk menumbuh kembangkan kebersamaan dan kemampuan anak mengemukakan
pendapat), kegiatan berpikir rekreatif, dan kegiatan kreatif. Wawasan yang
dimaksudkan disini adalah berkembangnya wawasan anak yang diakibatkan oleh
aktifitas belajar yang telah dilakukannya.
Pembaca
sastra memerlukan strategi baca yang berbeda dengan strategi membaca teks-teks
nonsastra, itu disebabkan oleh bahasa sastra bersifat konotatif/kias, yang
berarti pesan disajikan oleh pengarang secara terselubung. Nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra, yaitu nilai keindahan dan nilai moral akan
meresap dan berkembang dalam diri anak secara alami.
Karya
sastra dapat menolong anak-anak memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap
yang positif, dan menyadari hubungan dengan manusia. Lewat karya sastra
anak-anak dapat mempelajari dan memaknai dunia mereka misalnya dengan membaca
karya sastra yang melukiskan seorang anak yang sering menolong sehingga
disayang oleh gurunya dan teman-temanya, anak akan mengerti bahwa mereka harus
bersukap seperti itu agar banyak yang sayang.
D. Strategi
Meningkatkan Kemampuan Membaca
Sebagaimana kita ketahui, bagi sebagian besar murid SD bahasa Indonesia
merupakan bahasa kedua. Dalam teori belajar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa
bahasa pertama (bahasa ibu) memiliki peran dalam keberhasilan belajar bahasa
kedua, termasuk belajar membaca dan menulis.
Dulay dan
Krahsen mengemukakan bahwa bahasa pertama dapat berpengaruh positif juga
negatif terhadap proses belajar bahasa kedua.
- Pengaruh positifnya adalah bahwa bahasa
pertama yang dimiliki siswa dapat memperlancar proses belajar bahasa kedua.
- Pengaruh
negatif: Bahasa pertama yang telah dikuasai siswa dapat menghambat
proses penguasaan bahasa kedua.
Ellis
menggunakan istilah transfer untuk menamai pengaruh positif dari bahasa pertama
terhadap belajar bahasa kedua, dan istilah interferensi untuk menamai pengaruh
negatif dari bahasa pertama terhadap belajar bahasa kedua. Belajar bahasa
Indonesia pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi, meningkatkan kemampuan
berpikir, dan memperluas wawasan, maka bahan pengajaran harus diarahkan pada
kepentingan tersebut. Bahan pengajaran bersifat terpadu dan berkesinambungan
dan dapat dipadukan dengan pelajaran lain. Penyajian bahan pengajaran bersifat
fleksibel dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pengajaran.
Pengajaran membaca yang baik adalah pengajaran yang didasarkan pada
kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Rubin (1993)
mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yaitu:
10. Peningkatan ucapan
11. Kesadaran fonemik (bunyi)
Kemampuan yang
di ajarkan dalam kesadaran fonemik meliputi:
a. pembedaan bunyi
b. pembedaan huruf
c. konsonan awal dan akhir
d. vokal
e. huruf-huruf tertentu dan bunyinya
f. suku kata
12. Hubungan antara bunyi-huruf
13. Membedakan bunyi-bunyi
Hasil pengujian
klinik menunjukan hal-hal
a. setiap individu berkemampuan beda dalam
membedakan bunyi
b. umumnya kemampuan membedakan bunyi dikuasai
anak dengan sempurna pada usia 8 tahun
c. ada hubungan positif antara lambatnya
penguasaan kemampuan membedakan bunyi dengan ketidak tepatan pengucapan
d. ada hubungan positif antara rendahnya
kemampuan membedakan bunyi dengan kemampuan membaca
e. kemampuan membedakan bunyi tidak ditentukan
oleh tingkat intelegensi
untuk itu
anak butuh perhatian khusus dalam membedakan bunyi. Latihan perlu terus menerus
pada pengucapan bunyi-bunyi sejenis dan searti juga yang berbeda arti.
14. Kemampuan mengingat
15. Membedakan huruf
16. Orientasi dari kiri kekanan
Dalam
bahas Indonesia membaga menggunakan sistem dari kiri kekanan. Biasanya lebih
cenderung pada yang kidal karena hasil penelitian Rubin (1993) yang kidal lebih
cenderung memiliki orientasi dari kanan kekiri.
17. Keterampilan pemahaman
18. Penguasaan kosakata
Pengenalan
kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan mengidentifikasi simbol tulis,
mengucapkan dan menghubungkannya dengan makna. Ribin (1993: 149) mengemukakan
beberapa strategi untuk memperkenalkan kata yaitu:
a. strategi pengucapan
Strategi untuk
mengenali cara pengucapan suatu kata yaitu:
7. analisis dan sintesis fonik
8. keseluruhan kata atau metode menatap dan
mengucapkan
9. meminta seseorang untuk mengucapkan kata
untuk anda
10. unsur konteks (kata-kata yang melingkupi
kata), unsurnya berupa definisi, contoh, perbandingan/konteks penjelasan yang
dapat menggambarkan makna kata
11. SAS (Structural Analisis and Synthesis)
caranya membelah kata kedalam unit pengucapan
12. melihat pengucapan dari kamus
b. strategi pengenalan makna kata
Untuk
mengajarkan makna kata dapat digunakan beberapa strategi yaitu:
5. konteks, memanfaatkan konteks untuk
memahami kata
6. SAS untuk makna
7. bertanya kepada orang lain tentang suatu
makna kata
8. memanfaatkan kamus
Berikut ini
contoh kegiatan pembelajaran membaca :
d. Kegiatan membedakan bunyi-bunyi
- perdengarkan percakapan kepada anak
- setelah diperdengarkan murid mempelajari
huruf dan bunyi, kegiatannya berupa:
• sajikan
kepada murid 3 kata yang diawali konsonan yang sama dan satu kata diawali
konsonan berbeda
• sajikan
kata-kata yang diawali dengan konsonan yang sama atau berbeda
Kegiatan
membedakan bunyi juga dapat dilakukan dengan menggunakan model permainan,
contoh:
3. Membedakan bunyi dalam kalimat
Ucapkan sebuah
kalimat dan ulangi bunyi awal dari setiap kata yang ada dalam kalimat, tugaskan
anak untuk menambahkan kata yang memiliki bunyi awal yang sama. Contoh: Adik suka permen
Pintu itu
ditutup
4. Saya melihat……
Ucapkan kalimat
yang diawali kata saya melihat diikuti bunyi yang akan diajarkan! Saya melihat d……….
Nita makan
n……….
e. Kegiatan membedakan huruf
Untuk
kepentingan ini digunakan kartu-kartu huruf atau permainan huruf.
f. Konsentrasi dan mengikuti perintah.
Problem umum
yang dihadapi anak dalam membaca
Berikut ini
dikemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak dalam membaca:
v Tabel
Kategori
v No. Kategori
Wujud
1 Pramembaca 1) kurang mengenali huruf
2 Membaca
Bersuara 2) membaca kata demi kata
3)
pemparafrasean yang salah
4) miskin
pelapalan(kesalahan pengucapan)
5) penghilangan
6) pengulangan
7) pembalikan
penyisipan
9) penggantian
10) menggunakan
gerak bibir, jari telunjuk, menggelengkan kepala
3 Pecahan
Kode
(Decoding) 11) kesulitan kesamaan
12) kesulitan
vokal
13) kesulitan
kluster, diftong, digraf
14) kesulitsn
menganalisis struktur kata
15) tidak
mengenali makna kata dalam kalimat
E. Pemanfaatan Bahan Ajar Sastra Bagi
Penumbuhkembangan Kemampuan Berbahasa
Pengajaran
bahasa Indonesia dimaksudkan untuk menyiapkan agar anak mampu berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pengajaran yang demikian pada
hakekatnya adalah pengajaran yang dimaksudkan untuk membentuk kompetensi
komunikasi. Kompetensi ini memiliki empat unsur pokok yaitu pengetahuan dan
penguasaan kaidah tatabahasa baik fonologi, morfologi, sintaksis maupun
sematik. Pengajaran apresiasi sastra dengan bahan bahan ajar sastranya,
berfungsi sebagai wahana penbentukan kompetensi komunikasi khusus kepada
anak. Kompetensi
yang dimaksud disini adalah kompetensi komunikasi sastra dan kompetensi
komunikasi bahasa yang lain yang berarah emotif-imajinatif.
Pengajaran bahasa dengan bahan ajar sastra mengajak anak untuk memahami
karakteristik bahasa sastra sebagai salah satu ragam bahasa Indonesia, dan
karakteristik komunikasi sastra sebagai salah satu bentuk komunikasi tulis
bahasa Indonesia. Karakteristik komunikasi astra antara lain:
1. komunikasi
ini bersifat tidak langsung
2. kehadiran
penulis tidak dapat menggantikan kedudukan teks sastra yang ditulisnya
3. konteks
komunikasi sastra berdimensi ganda
4. ada jarak
antara realitas dalam teks dalam realitas kehidupan nyata dan antara teks
sastra dengan penulisnya.
Pengajaran
sastra dewasa ini dibagi dua golongan besar yaitu:
a. pengajaran
tentang sastra, pengajaran tentang sastra berisi teori-teori sastra.
b. pengajaran
sastra beranggapan bahwa untuk mengapresiasi karya sastra siswa harus langsung
dikenalkan dan diakrabkan dengan karya sastra.
Kegiatan
mengenal meliputi melihat, mendengar, menyimak, dan membaca. Kegiatan memahami
meliputi kegiatan menafsirkan, mengartikan, memproposikan, mencari hubungan,
menemukan pola, menarik kesimpulan dan menggeneralisasi.
Kedudukan
pengajaran sastra dalam kurikulum 1994, dalam kurikulum 1994, tujuan dibagi
atas:
1). Tujuan umum
pengajaran, yakni tujuan yang harus dicapai oleh pengajaran bahasa dan sastra
Indonesia.
2). Tujuan
khusus pemahaman, yakni tujuan agarsiswa menguasai dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan reseptif.
3). Tujuan
khusus penggunaan, yakni tujuan agar siswa menguasai dan mengembangkan
kemampuan-kemampuan produktif.
Kemampuan
apresiasi sastra tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan apresiasi itu
sendiri, memahami dan dapat mengapresiasi karya sastra Indonesia serta dapat
mengkomunukasikan secara lisan dan tulisan. Tetapi juga pengajaran lewat
sastra, pengajaran sastra yang digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan
kemampuan berbahasa dan mengembangkan kepribadian.
F. Pengembangan
Pembelajaran Membaca Berdasarkan Karya Sastra
Menurut teori
Schema, sering membaca buku dengan jumlah banyak memungkinkan anak
mengembangkan pengetahuan, selanjutnya memudahkan mereka juga dapat bervariasi
bacaannya. Mereka akan memiliki apresiasi terhadap karya sastra dan
kemumgkinannya mereka menjadi pembaca sepanjang hidupnya (North, 1989: 426)
Model
Pegembangan Keberwacanaan Melalui Sastra
· Model perencanaan pengembangan
Komponen-komponen pembelajaran yang perlu
direncanakan meliputi tujuan pembelajaran, bentuk dan sifat pembelajaran, bahan
pembelajaran serta prosedur pembelajaran (Norton & Norton, 1994:7).
Untuk
merumuskan tujuan pembelajaran dapat menemukannya dari tujuan umum pengajaran.
Bentuk prmbelajaran dibedakan atas pembelajaran klasikal kelompok dan individu.
Agar epektif dibutuhkan kerjasama antara murid dan guru meliputi kelompok kecil
dan individu. Aktivitas ini dibedakan menjadi aktivitas jangka pendek, jangka
lama, dan aktivitas pojok belajar.
Bahan
pembelajaran meliputi nama-nama buku, referensi, gambar-gambar pendukung media.
· Strategi pengembangan
Beberapa
strategi pengembangan dengan teknik utama latihan yang didasarkan pada uraian
Johnson (1987) dalam Literacy Through Literature, untuk mendukung agar
penerapan strategi bisa dilakukan diperlukan buku-buku sederhana dan menarik
agar anak mudah juga tertantang membacanya.
Dalam
memilih dan mengembangkan latihan, peran guru adalah menjamin tersedianya
bahan, yaitu menyajikan cerita secara lisan dan melalui latihan membimbing dan
memberikan bimbingan individu pada siswa yang nerusaha menerapkan latihan pada
buku latihannya.
Jenis strategi
diantaranya yaitu:
Teknik Cloze
Ringkasan Model
Burgs (RBM)
RBM
dikembangkan dari prosedur klos yang sudah lajim melalui dua cara; pertama
siswa belajar melalui ringkasan bukan dengan teks asli, kedua kata-kata
terpilih digantikan kata kosong awal kata, RBM juga disajikan sebagai
permainan. Agar aplikasi ini tetap mengembangkan keterampilan anak perlu
prosedur klos yang terbimbing sebagaimana contoh berikut:
Pada suatu hari para p………….. berdatangan menembaki
b…………….. dan satwa lainya. Kehidupan yang semula tentram dan tenang akhirnya
berubah menjadi kacau karena kedatangan pemburu. Keluarga c…………… yang semula
bersatu, akhirnya terpaksa berpisah akibat pemburu yang serakah. S……………. yang
masih tertinggal merasa terancam.
Cendrawasih dan
burung yang lainnya selalu memohon kepada Tuhan agar melindungi keseimbangan
alam.
Tangga cerita (story ladders)
Tangga cerita
dibciptakan dengan membuat ringkasan cerita yang bagian akhir kalimatnya
dihapus. Contoh berikut didasarkan pada cerita malin kundang:
3. Dalam
cerita ini malin kundang adalah………………………………………………………….
4. Dia merantau ke…………………………………………………
3. Akhirnya dia
pulang dan tida mengakui ibunya terus ibunya…………………………………………………………..
Anak ditugaskan
mengkreasikan sendiri lanjutannya tapi bukan kalimat aslinya. Anak akan senang
memprediksi cerita sebelum membaca dan merevisinya setelah membaca.
1. Dalam cerita
ini malin kundang adalah…..…..
a.
…………………………………………(prediksi sebelum membaca)
b.
…………………………………………(prediksi sesudah membaca).
Sejak
kurikulum SD 1975, kurikulum SD 1984, maupun kurikulum SD 1994 seperti
sekarang. Pelajaran sastra Indonesia selalu dimasukan kedalam pengajaran bahasa
Indonesia, khususnya di SD. Fungsi pelajaran bahasa Indonesia adalah:
a. sarana pembinaan kesatuan dan persatuan
bangsa
b. sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya
c. sarana peningkatan pengetahuan dan
keterampilan bahasa Indoneia untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetehuan
teknologi dan eni.
Tujuam megenai
sastra yaitu:
- Siswa mampu mengenal dan mampu membedakan
bentuk-bentuk puisi, prosa dan drama.
- Siswa mampu membedakan ragam bahasa sastra
dan ragam bahasa lainnya.
Yang diperlukan
dalam pembelajar sastra dan bahasa:
f. Isi materi pelajaran
- materi pelajaran harus relevan terhadap
tujuan intruksional yang jarus dipakai
- materi pelakaran haru sesuai taraf
kesulitannya dengan kemampuan siswa
- materi pelajaran harus dapat menunjang
motivasi siswa
- materi pelajaran harus membantu untuk melihat
diri secara aktif, baik dengan berpikir atau dengan mengadakan kegiatan
- msteri pelajaran harus sesuai dngan
prosedur didaktik yang diikuti
- materi pelajaran harus sesuai dengan media
pengajaran yang tersedia
Dengan demikian
apabila peran guru dan penilaian isi materi pelajaran itu menyediakan bacaan
yang bermutu, memberi kebenasan kepada anak untuk memilih bacaan yang
disukainya.
g. Guru
Guru
memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan proses pengajaran satra di
kelas, guru dituntut mempu melaksanakan tugasnya secara propesional. Guru harus
memiliki 10 kopetensi yaitu:
1) Kemampuan menguasai bahan materi bidang
study.
2) Kemampuan mengelola program belajar
mengajar.
3) Kemampuan mengelola kelas.
4) Kemampuan menggunakan media dan sumber.
5) Penguasaan landasan-landasan pendidikan.
6) Kemampuan mengelola interaksi belajar
megajar.
7) Kemampuan menilai kemampuan siswa.
8) Pengenalan fungsi dan program layanan dan
bimbingan dan konseling di sekolah.
9) Pengenalan dan penyelenggaraan admisistrasi
sekolah.
·Pemahaman
prinsip-prinsip dan penafsiran hasil-hasil penelitian guna keperluan
pengajaran.
h. Siswa
Siswa
merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran sastra. Dalam pengajaran
siswa di SD, problem yang berkaitan dengan siswa yang dapat di identifikasi
antara lain motivasi minat belajar sastra, serta lingkungan belajar siswa.
Timbulnya motivasi dan minat siswa belajar yang rendah tidak terlepas dari
faktor lingkungan siswa, karena lingkungan merupakan sarana yang sangat
mempengaruhi dalam belajar sastra. Tujuan utama pengajaran sastra hendaknya
memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman bersastra baik
secara reseptif maupun secara produktif. Siswa juga diberi pengetahuan tentang
lukisan, lagu, melukis, selanjutnya bersastra.
i. Bentuk kegiatan belajar mengajar
Kean &
Personke (1976:341) mengarahkan bahwa sebaiknya disekolah dasar, sastra jangan
dipandang sebagai suatu subjek yang harus di ajak terapi sebagai suatu wahana
untuk mendapatkan pengalaman, yang menyenangkan, menyedihkan, lucu, menakutkan
dan lainnya. Dalam kegiatan belajar ada 2 pendekatan; pertama bertitik tolak
pada pandangan bahwa sastra mempunyai kedudukan yang sama dengan bidang study
yang lainnya; kedua bertitik tolak pada pandangan bahwa sastra sebagai suatu
yang kehadirannya untuk dinikmati dan memberikan kesenangan. Karena kedua
pendekatan itu bertentangan untuk itu yang lebih sesuai adalah menggabungkan
kedua pendekatan tersebut karena muara terakhir pengajaran sastra adalah
terbunanya apresiasi & kegemaran terhadap sastra yang disadari oleh
pengetahuan sastra dan keterampilan bersastra.
j. Sarana dan
prasarana
Sarana dan
prasarana merupakan komponen pengajaran yang tak kalah penting. Perpustakaan
dan kelengkapan koleksi buku-buku sastra sangat menunjang kelancaran pengajaran
sastra. Demikian pula media dan alat-alat pengajaran yang lengkap sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran sastra. Problem yang dapat di identifikasi adalah sarana dan prasarana yang dimiliki
sekolah-sekolah SD.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang
telah dikatakan sebelumnya bahwa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
mempunyai arti yang cukup penting. Poin yamg lebih penting ladi di dalam
pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutama adalah membaca. Karena ketika
kita duduk dibangku SD, hal pertama yang harus kita pelajari adalah membaca,
kemudian kita akan dapat menulis juga menghitung serta merangkai berbagai macam
kalimat. Jika begitu kita akan dapat membacakan karya-karya sastra. Sastra juga
sarana yng diberikan untuk mengembangkan kreatifitas anak di dalam pengajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia.
B. Saran
Sebagai seorang
calon pendidik ada beberapa hal yang sapat kita lakukan diantaranya:
4. Pendidik harus menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar ketika memberikan pengajaran kepada anak didiknya.
5. Pendidik harus memastikan bahwa anak-anak
didiknya senang, suka, juga nyaman diajar oleh kita, agar mereka dapat menerima
materi dengan baik dan tidak merasa terpaksa.
·Belajarlah
terus agar menjadi guru yang profesional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar