Rabu, 14 Maret 2012

Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Bidang Fonetik


Sebelumnya telah diketahui bahwa fonetik merupakan salah satu bidang ilmu yang membahasa hak-ikhwal pengucapan bunyi-bunyi bahasa atau fonem suatu bahasa. Kesalahan fonetis membuka kemungkinan terjadinya penafsiran pendengar terhadap makna ucapan itu. Fonem yang ada di dalam bahasa Indonesia yang diucapkan atau dilafalkan menurut sisitem yang berlaku sebagai berikut:
  1. Fonem jenis vokal
    /a/ seperti pada kata : api, padi, lusa
    /i/ seperti pada kata : itu, simpan, murni
    /o/ seperti pada kata : oleh, kota, toko
    /u/ seperti pada kata : ulang, bumi, ibu
    /e/ seperti pada kata : enak, petak, metode
  2. Fonem jenis diftong
    /ai/ seperti pada kata : pandai, pantai, ramai
    /au/ seperti pada kata : aula, saudara, harimau
    /oi/ seperti pada kata : amboi, sepoi, sekoi
  3. Fonem jenis Konsonan
    /b/ seperti pada kata : bahasa, sebut, adab
    /c/ seperti pada kata : cakap, kaca
    /d/ seperti pada kata : dua, ada, abad
    /f/ seperti pada kata : fakir, kafan, maaf
    /g/ seperti pada kata : guna, tiga, jajag
    /h/ seperti pada kata : hari, saham, tuah
    /j/ seperti pada kata : jalan, manja
    /kh/ seperti pada kata : khusus, akhir, tarikh
    /l/ seperti pada kata : lekas, alas, kesal
    /m/ seperti pada kata : maka, kami, diam
    /n/ seperti pada kata : nama, anak, daun
    /ng/ seperti pada kata : ngilu, angin, pening
    /ny/ seperti pada kata : nyata, hanya
    /p/ seperti pada kata : pasang, apa, siap
    /q/ seperti pada kata : quran, furqan
    /r/ seperti pada kata : raih, bara, putar
    /s/ seperti pada kata : sampai, asli, lemas
    /sy/ seperti pada kata : syarat, isyarat, arasy
    /t/ seperti pada kata : tali, mata, rapat
    /v/ seperti pada kata : varia, lava
    /w/ seperti pada kata : wanita, hawa
    /x/ seperti pada kata : xenon
    /y/ seperti pada kata : yakin, paying
    /z/ seperti pada kata : zeni, lazim

    Sesuai dengan sistem bahasa Indonesia , ketidaktepatan pengucapan atau melafalkan fonem-fonem di atas merupakan adanya gejala penyimpangan atau kesalahan berbahasa Indonesia. Pada umumnya kesalahan itu terjadi pada pengucapan fonem: /e/, /h/, /kh/, /k/, /p/, /f/, /s/, /sy/.
    Sehubungan dengan adanya kesulitan untuk membedakan bunyi e pada kata-kata seperti : enak, petak, turne dan emas, kena, metode. di sini akan digunakan dua macam tanda bunyi. yaitu /e? dan /E/. Kesulitan anda dalam menentukan pilihan diantara kedua betuk tersebut disebabkan oleh penggunaan huruf yang sama untuk ucapan yang berbeda. Dalam hal ini /e/ dan/E/ sama-sama dilambangkan dengan huruf e. Salah satu kamus yang dapat digunakan yaitu Kamus Umum Bahasa Indonesia.
    Hal kedua, kemungkinan anda memilih bentuk pengucapan diantara kedua bentuk tadi, di sebabkan kebiasaan anda mendengar para pemakai bahasa Indonesia mengucapkan kata tersebut pada umumnya. bedasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia kata-kata yang benar diantara lain :
    1. /peta/ bukan /pEta/
    2. /peka/ bukan /pEka/
    3. /seminar/ bukan /sEminar/
    4. /kEEsaan/ bukan kEesaan/
    5. /rEka/ bukan /rekan/
    6. /pEgang/ bukan /pegang/
Dari beberapa contoh dan penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa kesalahan ucapan ini di samping pada mulanya timbul karena pengaruh ucapan bahasa daerah atau dialek pemakai bahasa., timbul pula karena kesalahanpembaca mengucapakan dua buah bunyi bahasa yang berbeda yang dilambangkan dengan huruf yang sama, yaitu / e/. Kesalahan ucapan yang pada mulanya bersifar perorangan atau kelompok akhirnya bersifat menyeluruh, atau yang lazim disebut dengan istilah "salah kaprah".
Sekarang perhatikanlah pengucapan bunyi /h/ pada kata-kata berikut:
  1. Cat rumahnya berwarna hijau
  2. Mereka tidak memuja berhala
  3. Malam ini akan terjadi gerhana bulan.

Dari contoh diatas anda ketahui bahwa /h/ pada kata tersebut diucapkan secara jelas. lain halnya dengan /h/ pada kata-kata berikut :
  1. Obat ini pahit
  2. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1945
  3. Ayahnya seorang penjahit

Maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Bunyi /h/ diucapkan jelas dalam hal:
    1. bunyi tersebut menduduki posisi awal kata
    1. buyi tersebut menduduki awal suku kata di belakang suku tertutup yang mendahuluinya.
      1. bunyi tersebut menduduki posisi akhir suku kata
      2. bunyi tersebut diapait oleh vocal yang sama
  2. Bunyi /h/ tidak diucapkan dengan jelas bila bunyi tersebut diapit oleh dua vocal yang berbeda
  3. Bunyi /h/ yang terdapat pada kata-kata serapan diucapkan secara jelas

    Ada tiga macam kesalahan fonetis yang dilakukan yaitu:
  4. Penghasilan /h/ pada posisi awal kata
  5. Penghilangan /h/ pada posisi tengah kata
  6. Penghilangan /h/ pada posisi akhir kata
Kesalahan pengucapan juga sering terjadi pada kata /h/ dengan /kh/ atau /k/. Perhatikan contoh berikut ini:
  1. hewan - khewan - kewan
  • ahli - akhli - akli
  1. husus - khusus - kusus
  • ahir - akhir - akir
tarih - tarikh - tarik

Hal-hal yang menyebabkan kekacauan tersebut yaitu:
  1. Adanya bunyi yang hampir bersamaan dalam bahasa asal.
  2. Adanya pemakaian bunyi sentak yang sebenarnya tidak perlu diucapkan.

Bunyi /s/ dalam bahasa Indonesia sering dikacaukan pemakainnya dengan /sy/. Kekacauan ini timbul akibat adanya kata-kata serapan dari bahasa Arab yang mengandung kedua macam bunyi tersebut. contoh:
  1. /salam/ - /syalam/
    /insan/ - /insyan/
    /saraf/ - /syaraf/
  2. /shabat/ - /syahabat/
    /slat/ - /syalat/
    /insaf/ - /insyaf/

Selain itu, bunyi /s/ dalam pemakaian bahasa Indonesia dikacaukan pula dengan bunyi /z/. hal ini tamapak, mislanya pada pemakaian kata /asas/ atau /asasi/ menjadi /asazi/ atau /azazi/.
Kekacauan juga terjadi pada pengucapan bunyi /p/ dengan /f/. hal ini terjadi pada kata serapan yang mengandung bunyi tersebut. contoh:
  1. /pikir/ - /fikir/
  2. /sipat/ - /sifat/
  3. /transport/ - /transfor/
  4. /pantasi/ - /fantasi/
  5. /pisik/ - /fisik/
  6. /aktip/ - /aktif/

Menurut sebab-sebabnya, kesalahan berbahasa tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:
  1. Kesalahan adaptasi, terjadi karena pemakai bahasa menyesuaikan kata-kata bahasa Indonesia menurut kemampuan fisiologis atau kebiasaan berbahasa dalam bahasa daerahnya.
  2. Kesalahan analogi, terjadi karena pemakai bahasa membuat kesalahan dalam mengambil contoh yang ada.
  3. Kesalahan hipokorek, terjadi karena pemakai bahasa berusaha memperbaiki pengucapan bahasa Indonesia yang sudah benar sehingga menjadi salah.

Menurut ciri-ciri perubahan ucapan, keslahan fonetis di atas dapat dibagi menjadi jenis-jenis kesalahan sesuai dengan gejala berikut:
  1. Protesis
    Menurut kesalahan ini pemakai bahasa menambah bunyi tertentu pada bagian awal kata, tanpa mengubah makna kata itu.
    Contoh:
    /alangan/ menjadi / halangan/
    /ampas/ menjadi /hampas/
  2. Efentesis
    Dalam kesalahan ini pemakai bahasa menambah bunyi tertentu ditengah kata, tanpa mengubah makna kata itu.
    Contoh:
    /gua/ menjadi /guha/
    /bauaya/ menjadi /buhaya/


  3. Paragog
    dalam kesalahan ini pemakai bahasa menambah buyi tertentu pada bagian akhir kata tanpa mengubah makna kata itu.
    Contoh:
    /mampu/ menjadi /mampuh/
    /rapi/ menajdi /rapih/
  4. Aferesis
    Dalam hal ini pemakai bahasa menghilangkan bunyi awal kata yang harus diucapkannya tanpa mengubah makna kata itu.
    Contoh:
    /hitam/ menjadi /itam/
    /hidup/ menjadi /idup/
  5. Sinkop
    Dalam kesalahan ini pemakai bahasa menghilangkan bunyi tertentu ditengah kata,, tanpa mengubah makna kata itu.
    Contoh:
    /bahumEmbahu/ menjadi /bahumEmbau/
    /pEndidikan/ menjadi /pEndid'an/
  6. Apokop
    Disini pemakai bahasa menghilangkan ucapan bunyi akhir kata tanpa mengubah makna kata itu.
    Contoh:
    /jodoh/ menjadi /jodo/
    /bodoh/ menjadi /bodo/
  7. Asimilasi
    Dalam hal ini adanya dua bunyi yang berbeda, oleh pemakai bahasa dijadikan bunyi yang sama.
    Contoh:
    /bEnar/ menjadi / bEnEr/
    /sEgan/ menjadi /sEgEn/

  8. Disimilasi
    dalam hal ino bunyi yang sama dijadikan tidak sama.
    Contoh:
    /harap/ menjadi /harEp/
    /pantas/ menjadi /pantEs/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar